Profil Desa Pasung

Ketahui informasi secara rinci Desa Pasung mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Pasung

Tentang Kami

Profil Desa Pasung, Wedi, Klaten. Dikenal sebagai "Kampung Wayang", desa ini merupakan kawah candradimuka bagi para perajin tatah sungging, melahirkan mahakarya wayang kulit yang menjaga warisan adiluhung dan menjadi nadi kebudayaan Jawa.

  • Pusat Kesenian Tatah Sungging Wayang Kulit

    Desa Pasung adalah salah satu sentra utama perajin wayang kulit di Jawa Tengah, di mana keterampilan tingkat tinggi dalam menatah (memahat) dan menyungging (mewarnai) kulit diwariskan secara turun-temurun.

  • Lumbung Para Seniman dan Dalang

    Desa ini tidak hanya melahirkan perajin, tetapi juga menjadi lumbung yang menghasilkan para seniman pedalangan (dalang), menciptakan sebuah ekosistem kebudayaan wayang yang lengkap dan hidup.

  • Benteng Pelestarian Budaya Adiluhung

    Di tengah arus modernisasi, Desa Pasung berperan sebagai benteng pelestarian seni pewayangan, salah satu puncak kebudayaan Jawa yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia.

XM Broker

Di sebuah desa yang bersahaja di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, sebuah warisan budaya dunia dijaga agar tetap hidup dan bernapas. Desa Pasung, yang masyhur dijuluki sebagai "Kampung Wayang", adalah sebuah kawah candradimuka, tempat lahirnya mahakarya wayang kulit dari tangan-tangan terampil para empu tatah sungging. Di sini, lembaran kulit kerbau yang kaku diubah menjadi tokoh-tokoh wiracarita yang agung, bukan sekadar sebagai produk kerajinan, tetapi sebagai penjaga jiwa dan filosofi kebudayaan Jawa.

Laboratorium Hidup Kesenian Wayang

Desa Pasung terletak di dataran rendah yang subur di Klaten, dengan luas wilayah sekitar 1,88 kilometer persegi. Sejarahnya sebagai desa perajin wayang kulit telah mengakar sangat dalam, dituturkan telah berlangsung selama berabad-abad dan melahirkan maestro-maestro perajin yang karyanya diakui hingga ke mancanegara.

Batas-batas wilayahnya meliputi:

  • Sebelah Utara: Berbatasan dengan Desa Canan

  • Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Pacing

  • Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Desa Birit

  • Sebelah Barat: Berbatasan dengan wilayah Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta

Memasuki Desa Pasung, nuansa seni langsung terasa. Di beranda-beranda rumah, tak jarang terlihat lembaran kulit yang sedang dijemur atau perajin yang sedang tekun menatah di bawah cahaya lampu. Desa ini adalah sebuah laboratorium hidup, di mana proses penciptaan wayang dari awal hingga akhir menjadi bagian dari denyut kehidupan sehari-hari. Banyak dalang ternama dari seluruh Indonesia memesan wayang kulit berkualitas tinggi dari para perajin di Desa Pasung.

Tatah Sungging: Puncak Kesabaran dan Estetika

Kekuatan utama Desa Pasung terletak pada penguasaan warganya terhadap seni tatah sungging. Ini adalah proses dua tahap yang membutuhkan keahlian, ketelitian dan kesabaran luar biasa:

  1. Menatah: Proses memahat atau melubangi lembaran kulit kerbau yang telah diolah, menggunakan puluhan jenis alat pahat baja (tatah) untuk menciptakan detail-detail rumit pada sosok wayang, mulai dari ukiran pada pakaian (busana), perhiasan, hingga ekspresi wajah.

  2. Menyungging: Proses pewarnaan wayang yang telah ditatah. Para perajin menggunakan pigmen warna tradisional dan modern untuk memberikan karakter dan dimensi pada setiap tokoh. Proses ini menentukan aura dan wibawa dari sosok wayang tersebut.

Satu buah wayang kulit berkualitas tinggi bisa memakan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan untuk diselesaikan oleh seorang perajin. Kerumitan inilah yang menjadikan wayang kulit dari Pasung bukan sekadar kerajinan, melainkan sebuah karya seni adiluhung yang dihargai sangat tinggi.

Ekosistem Kebudayaan yang Lengkap

Desa Pasung tidak hanya menghasilkan wayang sebagai benda seni, tetapi juga menciptakan sebuah ekosistem kebudayaan yang utuh. Desa ini juga dikenal sebagai lumbung para dalang. Banyak perajin yang juga merupakan seorang dalang, atau sebaliknya, seorang dalang yang juga memahami seluk-beluk pembuatan wayang.

Sinergi ini menciptakan sebuah lingkaran kualitas yang terjaga. Para perajin memahami betul standar wayang yang dibutuhkan untuk sebuah pertunjukan (pakeliran), sementara para dalang dapat memesan tokoh-tokoh spesifik dengan detail yang mereka inginkan. Selain wayang, para perajin di sini juga memproduksi kelengkapan panggung lainnya seperti kelir (layar) dan kotak wayang.

Tantangan di Era Digital

Meskipun reputasinya mentereng, seni wayang kulit di Desa Pasung menghadapi tantangan zaman yang serius. Regenerasi menjadi isu utama. Proses belajar tatah sungging yang sangat lama dan rumit membuat profesi ini kurang diminati oleh generasi muda yang memiliki banyak alternatif pekerjaan lain.

Selain itu, apresiasi masyarakat luas terhadap seni wayang kulit tradisional juga menghadapi persaingan ketat dari hiburan modern dan digital. Pertunjukan wayang kulit semakin jarang digelar, yang secara langsung berdampak pada permintaan akan wayang baru.

"Membuat wayang itu panggilan jiwa, bukan sekadar cari uang. Tantangannya adalah bagaimana membuat anak-anak muda sekarang jatuh cinta lagi pada wayangnya sendiri," ungkap seorang perajin senior.

Untuk bertahan, para perajin mulai melakukan diversifikasi produk. Mereka tidak hanya membuat wayang untuk keperluan pedalangan, tetapi juga untuk suvenir, hiasan dinding, dan karya seni koleksi. Mereka juga mulai memanfaatkan media sosial dan pasar daring untuk memasarkan karya mereka ke khalayak yang lebih luas.

Desa Pasung adalah harta karun budaya. Setiap pahatan dan goresan warna di atas kulit adalah sebuah upaya untuk merawat ingatan dan menjaga agar kisah-kisah kebajikan yang terkandung dalam epos Ramayana dan Mahabharata akan terus hidup dan relevan bagi generasi mendatang.